Jumat, 02 Desember 2011

TAKSONOMI PEMBELAJARAN KOGNITIF

Anan Abdul Manan*



            Mengungkapkan kata taksonomi, membawa kita pada seorang tokoh terkenal yang merancang dan mengemukakan istilah ini. Bloom adalah orang terkenal  yang menggulirkan istilah taksonomi. Dalam pandangan Bloom, pembelajaran harus memenuhi kriteria-kriteria tertentu, sehingga peserta didik yang mengharapkan perkembangan pengetahuan, dapat diukur menurut kemampuan-kemampuan khusus berupa kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor.
            Pembelajaran kognitif mengandung enam tingkatan pengetahuan dalam versi Bloom:
1.    Pengetahuan : menyusun, definisi, duplikasi, label, daftar, mengingat, nama, urutan, mengakui, kondisi         mereproduksi. Poin-poin ini setidaknya menunjukan kemahiran siswa dalam ranah pengetahuan mereka.
2.  Pemahaman : mengklasifikasi, menggambarkan, membahas, mengekspresikan, mengidentifikasi dan             lainnya, pada bagian-bagian yang mendorong siswa untuk menguasai bahan ajar, sehingga ia dapat mengurai bahan ajar yang diikutinya dalam persepsinya yang matang.
3.    Aplikasi : menerapkan, memilih, mendemontstrasikan, mendramatisasi dan masih banyak lagi untuk hal-hal yang berkaitan dengan pola penyesuaian ilmu pengetahuan yang dipelajarai dengan perilaku yang ditampilkan.
4.    Analisis : menganalisis, memuji, menghitung, mengategorisasi, dan yang serupa dengan itu, sehingga siswa mampu memberikan suatu kajian yang lebih cermat dan mendalam untuk materi yang dipelajarinya.
5.    Sintesis : menyusun, menyerupai, mengoleksi, menggubah, mengontruksi dan poin-poin lainnya yang           menghadirkan siswa pada situasi diri yang tertata dan terencana dalam menghadapi dan merespon mata pelajaran yang diikutinya.
6.   Evaluasi : menilai, memperdebatkan, menaksir, menyematkan dan hal-hal lainnya pada bagian-bagian          ranah cipta dan karsa yang mendorong peserta didik memahami dirinya sendiri dan ilmu pengetahuan yang dikajinya.**


*)Artikel untuk tugas Manajemen Delivery Method

**) disarikan dan disimpulkan dari buku Teori Pembelajaran dan Pengajaran Karya Mark. K. Smith dkk, terbit 2010, penerbit Mirza Media Pustaka, Jogjakarta.

JENIS TES OBJEKTIF PILIHAN GANDA DALAM PENILAIAN SUMATIF

A.       PENDAHULUAN

Melakukan evaluasi  merupakan bagian penting dalam pembelajaran. “Evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dicapai oleh siswa”.[1] Dengan demikian melakukan evaluasi berarti memusatkan perhatian pada pekerjaan-pekerjaan serius untuk mengungkap kemajuan belajar siswa, mendapatkan informasi penguasan materi pembelajaran oleh siswa, menemukan kompetensi siswa secara keseluruhan yang mencakup aspek kognitif, afektif, psikomotor dan lainnya, yang berhubungan dengan tujuan pembelajaran.
“Evaluasi pendidikan ialah penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan siswa kearah tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang telah ditetapkan di dalam kurikulum”.[2] Dalam arti melakukan evaluasi itu untuk menemukan ukuran keberhasilan belajar siswa dengan standar ketercapaian tujuan pembelajaran yang disajikan. Guru  sebagai pelaku proses  pembelajaran memiliki tanggung jawab untuk melakukan evaluasi ini dalam upaya memenuhi tuntutan kurikulum, dan untuk menentukan sikap  bagi proses pembelajaran berikutnya.
Melaksanakan evaluasi dapat dilakukan oleh guru sebelum, selama dan setelah pembelajaran dilangsungkan. Meliputi input, proses dan output. Mengenai penilaian sumatif, ia termasuk kedalam evaluasi proses, sebab ia dilakukan pada akhir semester tertentu atau akhir caturwulan tertentu untuk mengukur sejauhmana ketercapaian tujuan belajar siswa.” Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilakukan untuk memperoleh data atau informasi sampai dimana penguasaan atau pencapaian belajar siswa terhadap bahan pelajaran yang telah dipelajarinya selama jangka waktu tertentu”.[3] Dengan kata lain, setelah penilaian sumatif  ini akan ada lagi evaluasi yang lebih luas jangkauannya, misalnya Ujian Nasional. Maka penulis menggolongkan penilaian sumatif pada evaluasi proses bukan output.
Mengenai pola pelaksanaan dan jenis tes yang diberikan, untuk penilaian sumatif dapat dipilih jenis tes objektif, “yakni tes yang jawabannya dapat diberi skor nilai secara lugas (seadanya) menurut pedoman yang ditentukan sebelumnya”.[4]  Jenis tes objektif ini memiliki instrumen yang banyak, diantaranya pilihan ganda.
Makalah ini akan menyajikan jenis  tes objektif pilihan ganda dalam melaksanakan penilaian sumatif, dengan latar belakang seringnya  tes ini dipilih oleh lembaga pendidikan pada saat melaksanakan penilaian tersebut.

B.       TES OBJEKTIF
“Secara garis besar ada dua macam bentuk penilaian, yaitu test obyektif dan test subyektif atau yang biasa juga disebut essay examination”.[5]
Tes Objektif memiliki ciri khas disajikan dalam bentuk alternatif  jawaban-jawaban, pengisian titik-titik dan sebagainya (misalnya pencocockan), sehingga  yang dilakukan pada test ini adalah menyajikan pernyataan atau pertanyaan yang didalamnya  memberikan pilihan alternatif jawaban kepada siswa, untuk dipilih  dengan   seksama, sehingga jawaban tersebut benar.
Bentuk tes yang disajikan guru dengan kriteria seperti diatas, dikatakan bentuk tes objektif “yakni tes yang jawabannya dapat diberi skor secara lugas (seadanya) menurut pedoman yang ditentukan sebelumnya.”[6]
Dengan kata lain pelaksanaan penilaian dengan bentuk objektif ini dapat memberikan gambaran dengan jelas mengenai penguasaan materi oleh siswa pada rentang waktu tertentu.
           
C.       PILIHAN GANDA SEBAGAI MODEL TES OBJEKTIF
“Item-item dalam tes pilihan berganda (multiple choice) biasanya berupa pertanyaan atau pernyataan yang dapat dijawab dengan memilih salah satu dari empat atau lima alternatif jawaban yang mengiringi setiap soal”.[7] artinya pilihan-pilihan telah disediakan pembuat soal, untuk dipilih siswa sesuai dengan pernyataan atau pertanyaannya, sehingga terjadi kesesuaian antara pertanyaan atau pernyataan yang disajikan dengan jawaban yang dipilih siswa.
Pilihan berganda disajikan dengan teknik tertentu yang memungkinkan terjadinya kesetaraan antara item-item yang disajikan, dengan demikian ketika dilakukan pemilihan item mana yang sesuai dengan pertanyaan atau pernyataan, pemilih dihadapkan pada dua atau lebih pilihan yang mirip, dengan demikian perlu adanya seleksi yang ketat dari sipemilih tersebut. Ketika terjadi proses pemilihan item yang tepat inilah sebenarnya kompetensi seorang siswa diuji. Kesanggupan siswa memilih item yang tepat menunjukan ia menguasai pertanyaan atau pernyataan yang disajikan, artinya ia menguasai suatu kompetensi tertentu dalam pembelajaran yang diikuti sebelumnya. Jika ini terjadi, sama artinya dengan siswa tersebut telah mencapai tujuan belajarnya.
Tes pilihan berganda memiliki kelebihan dan kekurangan, diantara kelebihan tes pilihan berganda ini adalah :
1.    Test pilihan berganda dapat disusun untuk meneliti secara efektif kemampuan pelajar untuk membuat tafsiran, melakukan pemilihan, mendiskriminasikan, menentukan pendapat, menarik kesimpulan
2.    Cara penilaian dapat mudah dan cepat dilakukan serta obyektif
3.    Faktor terkaan (menebak-nebak) dapat dihilangkan atau setidak-tidaknya dapat dikurangi sampai minimal. [8]
Adapun kekurangan tes pilihan berganda adalah :
1.    Kurang mendorong kreativitas ranah cipta dan karsa siswa, karena ia hanya merasa disuruh berspekulasi, yakni menebak dan menyilang secara untung-untungan
2.    Sering terdapat dua jawaban (diantara empat atau lima alternatif) yang identik atau sangat mirip, sehingga terkesan kurang diskriminatif
3.    Sering terdapat satu jawaban yang sangat mencolok kebenarannya, sehingga jawaban-jawaban lainnya terlalu gampang untuk ditinggalkan.[9]

D.       PENILAIAN SUMATIF DENGAN MENGGUNAKAN PILIHAN GANDA
Telah dikemukakan didepan bahwa pilihan berganda dalam tes objektif memiliki keemahan dan keunggulan. Hal ini semata-mata untuk memberikan gambaran kepada guru, bahwa segala model tes yang dilakukan akan memiliki kelemahan disamping kelebihannya.
Bagaimana halnya dengan penilaian sumatif yang menggunakan pilihan berganda sebagai alat atau instrumen tes-nya?
Pada model pilihan berganda, adanya beberapa jawaban yang harus dipilih siswa memungkinkan ranah analisis siswa berkembang, sebab secara tidak langsung siswa harus mendeteksi kecocokan jawaban-jawaban tersebut dengan pertanyaan atau pernyataan yang diajukan.
Pada saat siswa menentukan jawaban mana yang sesuai dengan pernyataan atau pertanyaan dalam persepsinya, menunjukan bahwa siswa telah memiliki kesimpulan yang jelas mengenai analisis yang dilakukannya, atau dalam kaitan ini siswa telah berada pada posisi keyakinan pengetahuan, walaupun jawaban yang dipilihnya belum tentu benar. Secara kognitif,  hal tersebut  bermanfaat bagi siswa, yakni  pada posisi ia sanggup mengambil keputusan dalam jangka waktu terbatas, mengingat tes dengan pilihan berganda ini biasanya disajikan dalam jumlah yang banyak dengan waktu yang relatif sedikit. (Kajian mengenai waktu tes pilihan berganda antara 2 s/d 3 menit per poin pertanyaan atau pernyataan, bahkan bisa lebih sedikit dari itu).
Perlu diingat oleh guru, bahwa penilaian sumatif dilakukan untuk mengukur kemampuan siswa dalam jangka waktu tertentu (semester atau caturwulan). Karena itu dalam menyusun tes pilihan berganda ini guru hendaknya menitikberatkan pada aspek penguasaan yang lebih tinggi dibanding pada saat melakukan penilaian sebelumnya. Aspek kemampuan hendaknya diberikan proporsi yang lebih besar diabanding afektif dan psikomotor. Hal ini dilakukan agar tujuan mengetahui pemahaman siswa akan materi pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.
Dalam penilaian sumatif dengan pilihan berganda, tingkat kesukaran soal-soal atau pernyataan-pernyataan sangat penting untuk diperhatikan, sebab hasil tes ini akan digunakan guru untuk menentukan kelayakan siswa untuk pindah atau naik ke kelas yang lebih tinggi. Inilah salah satu fungsi tes sumatif dengan pilihan berganda.

E.        PENUTUPAN
Penilaian Sumatif merupakan penilaian yang dilakukan setelah siswa mengikuti pembelajaran dalam jangka waktu tertentu, untuk menentukan kenaikan tingkat pendidikan mereka. Penilaian  sumatif bisa dilakukan dengan tes objektif pilihan berganda, yang memiliki keunggulan dari sisi penyajian dan analisis, sehingga guru dapat mengetahui sejauhmana pemahaman siswa terhadap bidang yang dipelajarinya.


       [1] Norman E. Gronlund (1976) dalam Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000, 3
       [2] Wrightstone dkk (1956 : 16) dalam Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000, 3
       [3] Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000, 26
       [4] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000, 146
       [5] Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, CV Rajawali, Jakarta, 1984, 334
        [6] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000, 146
       [7] Ibid, halaman 146 
       [8] Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, CV Rajawali, Jakarta, 1984, 346
        [9] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000, 147