Jumat, 11 November 2011

PARADIGMA PEMBELAJARAN BERBASIS DESAIN DAN MODEL

A.      Pendahuluan
Dewasa ini proses pembelajaran sudah mengalami kemajuan ke arah yang lebih baik, dengan lahirnya model-model baru pembelajaran. Model pembelajaran, adalah sebuah metodologi atau piranti untuk melaksanakan perubahan.[1] Bermunculannya model pembelajaran yang baru, memberi warna pada proses pendidikan dan pembelajaran di lembaga pendididkan saat ini. Ia berkontribusi secara positif pada pembentukan kultur belajar yang lebih baik dan lebih maju dibanding sebelumnya.
Proses pembelajaran dengan model baru yang menyenangkan memungkinkan terjadinya interaksi antara guru dan siswa lebih efektif dan efisisen, sehingga tujuan pembelajaran lebih mudah dicapai dan dikuasai oleh siswa. Model pembelajaran seperti ini mulai digunakan di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Guru-guru di Indonesia saat ini mulai sadar akan perubahan paradigma pembelajaran sesuai dengan model-model pembelajaran yang berkembang berdasarkan tuntutan jaman dan budaya.
Perubahan jaman dan budaya yang semakin cepat memang menghendaki adanya paradigma baru  proses pembelajaran, sebab ia akan menjadi sebuah counter terhadap masuknya budaya-budaya yang negatif yang tidak selaras dan sesuai dengan budaya lokal. Percampuran budaya telah begitu tersebar keseluruh pelosok negeri karena perkembangan teknologi dan informasi.
Untuk itulah hendaklah para guru sadar dan mulai menata diri dengan memberdayakan model pembelajaran yang baru dengan paradigma yang baru pula, untuk itulah makalah ini disusun, dalam rangka memberikan sebuah kontribusi pemikiran dan solusi pembelajaran lebih baik lagi pada masa-masa yang akan datang.

B.       Desain Model Pembelajaran
Pada dasarnya, proses pendidikan hanya akan berlangsung manakala terdapat sebuah proses pembelajaran pada pembelajar, baik proses tersebut langsung atau tidak langsung. Pembelajaran sebagai proses penafsiran dan pemahaman akan realitas dalam sebuah cara yang berbeda. Pembelajaran melibatkan pemahaman akan dunia dengan menafsirkan kembali pengetahuan.[2]
Walaupun proses pembelajaran berlangsung diluar sekolah, misalnya belajar mandiri, proses pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam membentuk dan melahirkan generasi yang berilmu pengetahuan. Permasalahan yang mungkin timbul adalah dalam memilih model pembelajaran yang digunakan. Proses pembelajaran di lembaga pendidikan seperti sekolah kemungkinan berbeda dengan model yang dipilih oleh mereka yang belajar diluar sekolah. Oleh karena itu desain model pembelajaran mutlak harus dilakukan. Kualitas hasil suatu produk metode pembelajaran sangat ditentukan oleh ketepatan dalam memilih dan mengembangkan setiap langkah desain pembelajaran.[3]
Desain dalam kamus bahasa indonesia artinya merancang[4], merencanakan. Sedangkan model pembelajaran artinya[5] pola umum perilaku pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.[6] Dengan demikian desain model pembelajaran berarti persiapan dan perencanaan yang dilakukan oleh seorang guru sebelum ia menggunakan model pembelajaran yang akan digunakan dalam proses. Pemilihan model yang tepat akan berpengaruh pada terciptanya iklim belajar yang baik pada peserta didik. Dalam proses ini guru dituntut untuk memiliki kepekaan dalam menentukan model yang dipilih sesuai dengan materi yang akan diajarkan, sebab setiap materi memiliki karakteristik khusus, sehingga pemilihan model akan berbeda pada satu materi dengan materi lainnya. kemampuan guru melakukan desain model pembelajaran yang tepat membantu dirinya menemukan irama mengajar yang baik, sehingga ia memiliki kreativitas secara desain dan proses. Menjadi guru kreatif, profesional, dan menyenangkan dituntut untuk memiliki kemampuan mengembangkan pendekatan dan memilih metode pembelajaran yang efektif.
Merencanakan dan memilih model pembelajaran dan metode dapat dilakukan guru dengan memperhatikan materi,tujuan, alokasi waktu, kondisi siswa dan sarana-prasarana.
Secara materi guru harus pandai menentukan model yang akan digunakan, teori pembelajaran akan sangat membantu guru dalam mendesain model berbasis materi ini. Materi dengan karakter sulit akan lebih memerlukan perhatian dan model pembelajaran yang lebih lengkap dibanding materi dengan kategori sedang apalagi mudah. Guru hendaknya pintar mendefinisikan materi-materi pembelajaran, konsep-konsep, dan materi ajar lainnya, sehingga pemilihan model pembelajaran tidak terhambat.
Tujuan pembelajaran juga hendaknya menjadi bahan kajian dalam mendesain model pembelajaran yang akan digunakan. Tujuan pembelajaran adalah kompetensi akhir yang harus dikuasai seorang  pembelajar. Sehingga pemilihan model pembelajaran yang tepat akan membantu pembelajaran merasa nyaman dan termotivasi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dikehendakinya.
Kondisi siswa dan alokasi waktu  menempati urutan berikutnya dalam menentukan desain model pembelajaran, siswa di pedesaan tentu beda kondisinya dengan siswa diperkotaan, demikian juga alokasi waktu yang tersedia, lama waktu yang diperuntukan proses pembelajaran harus menjadi bahan pertimbangan bagi guru dalam menentukan model pembelajaran.

C.       Komunikasi Dalam Pembelajaran
Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah antara pendidik dan peserta didik, ia merupakan upaya timbal balik antara keduanya sehingga tercapai suatu tujuan pembelajaran. Peserta didik kini diposisikan sebagai mitra belajar pembelajar. Pembelajar bukan satu-satunya pusat informasi dan yang paling tahu. pembelajar hanya salah sumber belajar atau sumber informasi. Sedangkan sumber belajar yang lain  bisa teman sebaya, perpustakaan, alam, laboratorium, televisi, koran dan internet.[7]
Proses komunikasi dua arah yang terjalin antara peserta didik dan pendidik akan mengantarkan keduanya kepada kepuasan batin ketika sudah tercapai tujuan pembelajaran yang dicari. Semakin aktif komunikasi yang terjalin, maka akan semakin mudah ketercapaian tujuan yang ingin diperoleh.
Dalam melakukan komunikasi ini hendaklah guru dan siswa memperhatikan beberapa hal berikut:
  1. Interaksi tatap muka: Pendidik dan peserta didik berada dalam satu tempat belajar atau satu pemahaman yang sama jika pembelajaran berlangsung jarak jauh.
  2. Interdepedensi positif: para peserta didik dan pemdidik memiliki kecenderungan tujuan yang sama, dan merasa yakin dengan proses pembelajaran dapat tercapai.
  3. Tanggung jawab individual: para peserta didik harus memperlihatkan bahwa mereka secara individual telah menguasai materinya.
  4. Kemampuan-kemampuan interpersonal dan kelompok kecil. Para peserta didik diajari mengenai sarana-sarana yang efektif untuk bekerja sama dan mendiskusikan seberapa baik kelompok mereka bekerja dalam mencapai tujuan mereka.[8]
Pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu rekayasa yang diupayakan untuk membantu peserta didik agar dapat tumbuh berkembang sesuai dengan maksud dan tujuan penciptaannya. Dalam konteks proses belajar disekolah/madrasah, pembelajaran tidak dapat hanya terjadi dengan sendirinya, yakni peserta didik belajar berinteraksi dengan lingkungannya seperti yang terjadi dalam proses belajar di masyarakat (social learning).[9] Makna yang dapat digali dari pembelajaran seperti ini artinya, proses pembelajaran memang memerlukan komunikasi, baik antara pendidik dengan peserta didik, atau antara peserta didik yang satu dengan peserta didik lainnya.

D.      Memilih Model Pembelajaran
Hasil penelitian para ahli tentang kegiatan guru dan siswa dalam kaitannya dengan bahan pengajaran adalah model pembelajaran. Penelitian tentang model pembelajaran telah dilakukan oleh beberapa ahli di amerika sejak tahun 1950-an.[10]
Dasar pertimbangan pemilihan model pembelajaran yang tepat, untuk digunakan dalam proses pembelajaran adalah :
1.      Pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai.
2.      Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran
3.      Pertimbangan dari sudut peserta didik atau siswa
4.      Pertimbangan lainnya yang bersifat nonteknis.[11]
Pertimbangan pemilihan model pembelajaran yang dilakukan guru ini sebaiknya dilakukan pada setiap kali guru berhadapan dengan sebuah proses pembelajaran, meskipun hal ini akan menguras energi dan fikiran.
Untuk materi pembelajaran yang bersifat kognisi, model pembelajaran yang dipilih hendaknya yang dapat secara luas mengeksplor pengetahuan seluas-luasnya, misalnya model kooperatif dan kontekstual. Sedangkan untuk materi yang bersifat afeksi dan psikomotor, dapat dipilih model pembelajaran yang mengedepankan unsur gerak dan sikap, seperti model PAKEM dan model Berbasis Komputer.
Kepiawaian guru dalam menentukan model yang dipilih untuk suatu materi tertentu juga diawali dengan desain yang benar dan terencana dengan baik. Proses desain model seperti yang sudah dijelaskan di bagian B, merupakan jalan menuju terbentuk dan terselenggaranya model pembelajaran yang dipilih dan digunakan dalam proses pembelajaran. Hal tersebut dapat diukur dengan melihat efektifitas model yang digunakan terhadap penguasaan materi oleh siswa. Apabila sebagian besar siswa merasa nyaman dalam proses dan berimplikasi positif pada pencapaian tujuan, artinya model pembelajaran yang digunakan guru sudah sesuai dengan kehendak materi dan kehendak peserta didik. Sebaliknya, jika berkontribusi kurang baik, maka perlu adanya evaluasi bahkan mungkin perubahan model pembelajaran yang digunakan.
Pemilihan dan bahkan perubahan suatu model pembelajaran yang satu dengan model yang lain juga hendaknya difikirkan secara mendalam, agar kekurangan dan kelemahan yang sudah terjadi dapat diminimalisir bahkan dihilangkan. Unsur kenyamanan guru dalam melakukan proses pembelajaran dengan model tertentu juga harus menjadi basis penentuan model pembelajaran, sebab guru sendiri yang akan melakukan proses tersebut.

E.       Membangun Motivasi Lewat Model Pembelajaran
Motivasi adalah sebuah konsep utama dalam banyak teori pembelajaran. Motivasi ini sangatlah dikaitkan dengan dorongan, perhatian, kecemasan, dan umpan balik/penguatan.[12]
Adanya dorongan dalam diri individu untuk belajar bukan hanya tumbuh dari dirinya secara langsung, tetapi bisa saja karena rangsangan dari luar, misalnya berupa stimulus model pembelajaran yang menarik memungkinkan respon yang baik dari diri peserta didik yang akan belajar. respon yang baik tersebut, akan berubah menjadi sebuah motivasi yang tumbuh dalam dirinya, sehingga ia merasa terdorong untuk mengikuti proses pembelajaran dengan penuh perhatian dan antusias.
Apabila dalam diri peserta didik telah tumbuh respon, hingga termotivasi untuk belajar, maka tujuan belajar akan lebih mudah dicapai. Peserta didik yang antusias dalam proses pembelajaran memiliki kecenderungan berhasil lebih besar dibanding mereka yang mengikuti proses dengan terpaksa atau asal-asalan.
Untuk menumbuhkan respon yang baik dari peserta didik, guru harus memiliki keahlian dalam menentukan model pembelajaran, sebab ketika berhadapan dengan siswa dikelas, mungkin saja guru dihadapkan pada kondisi hanya sebagian siswa saja yang merespon secara baik, sedangkan sebagian lagi bersifat acuh tak acuh pada model pembelajaran yang disajikan.  Karena  itu penentuan model pembelajaran yang dipilih seperti yang diurai pada bagian D, hendaklah menjadi motivasi tersendiri bagi guru dalam menyusun dan menentukan model pembelajaran, sehingga apa yang dipilihnya menumbuhkan motivasi bagi peserta didik. Sebagai contoh saja, ketika guru bermaksud untuk menyampaikan materi puasa dalam mata pelajaran PAI, guru bisa menggunakan model kooperatif tipe JIGSAW (kerja kelompok), mengingat model/tipe  tersebut mendorong siswa lebih kreatif dan sangat fleksibel. Tema puasa sebenarnya agak sedikit berat, mengingat pekerjaan puasanya yang hanya tahunan kali. Sehingga dimungkinkan respon siswa kurang baik jika menggunakan model yang monoton. Materinya tidak menarik, model pembelajaran yang dipilih juga tidak menarik, maka apalah mungkin mendapat respon( motivasi belajar yang baik) dari siswa.
Karena itu hendaknya guru banyak memperhatikan pemilihan model pembelajaran, sehingga pemilihan yang dilakukan dapat membangkitkan motivasi belajar siswa.

F.        Penutupan
Pembelajaran adalah suatu yang mutlak dalam proses pendidikan, baik pada lembaga formal maupun nonformal, sehingga perlu sebuah keputusan yang baik dalam desain pembelajaran. Pemilihan desain dan model yang tepat sangat berguna dalam menciptakan komunikasi yang baik antara guru dan siswa ketika proses pembelajaran berlangsung. Adanya  kebutuhan terciptanya komunikasi yang baik itulah, guru dituntut pandai dalam mendesain model pembelajaran yang tepat untuk suatu materi tertentu. Maka jika pemilihan model tersebut tepat dan berdaya guna tinggi akan menumbuhkan motivasi yang tinggi dikalangan peserta didik, dengan demikian tujuan pembelajaran dengan mudah dapat tercapai.


[1] Dr. H. Martinis Yamin, M.Pd. Paradigma Baru Pembelajaran, Gaung Persada Press, Jakarta, 2011
[2] Ramsden, dalam Mark K. Smith, dkk. Teori Pembelajaran &Pengajaran. Mirza Media Pustaka, jogjakarta, 2010
[3] Drs. Muhaimin, MA. Paradigma Pendidikan Islam. Rosda. Bandung, 2004
[4] desain n 1 kerangka bentuk; rancangan; 2 motif; corak; mendesain v membuat desain; membuat
rancangan (pola dsb): perancang itu sedang ~ pakaian anak untuk musim panas; pendesain n pembuat rancangan; perancang; pembuat model.
[5] model /modél/ n 1 pola (contoh, acuan,ragam, dsb) dp sesuatu yg akan dibuat atau dihasilkan; 2 orang yg dipakai sbg
contoh untuk dilukis (difoto); 3 orang yg (pekerjaannya) memperagakan contoh pakaian yg akan dipasarkan; 4 barang tiruan yg kecil dng bentuk (rupa) tepat benar spt yg ditiru
[6] Dr. Rusman, M.Pd. Model-Model Pembelajaran. Rajagrafindo. Jakarta, 2011
[7] Dr. H. Martinis Yamin, M.Pd. Paradigma baru Pembelajaran. Gaung Persada. Jakarta, 2011 hal.
[8] Ibid, 176
[9] Drs. Muhaemin, MA. Paradigma Pendidikan Islam, Rosdakarya, Bandung, 2004 hal 184.
[10] Dr. Rusman M.Pd. Model-Model Pembelajaran. Rajagrafindo, Jakarta, 2011. Hal 131
[11] Ibid, hal 134
[12] Mark K. Smith, dkk. Teori Pembelajaran. Mirza Media Pustaka. Jogjakarta. 2010. Hal 19

Tidak ada komentar:

Posting Komentar